时间:2025-06-06 20:29:56 来源:网络整理 编辑:热点
Warta Ekonomi, Jakarta - Tarif AS yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump menimbulkan kerus quickq下载苹果版
Tarif AS yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump menimbulkan kerusakan parah di seluruh sektor energi di Negeri Paman Sam.
Kerusakan itu dari mulai dari produksi minyak hingga pengembangan energi terbarukan, ungkap sebuah analisis baru.
Kebijakan tarif pemerintahan Trump menjadi bumerang bagi sektor energi AS. Penelitian terbaru dari Wood Mackenzie (WoodMac), sebuah firma konsultan analisis energi dan sumber daya alam terkemuka menunjukkan bahwa perang dagang dapat mengikis proyeksi pertumbuhan permintaan minyak, menghambat investasi energi terbarukan, dan memaksa negara itu ke dalam isolasi energi berbiaya tinggi yang merusak daya saing globalnya.
Penelitian yang dirilis akhir Mei itu mengatakan bahwa pengumuman tarif Trump telah mengancam pertumbuhan ekonomi global secara signifikan.
Tarif AS yang luas dan terkesan cuma aksi balas dendam saja akan menghancurkan hubungan perdagangan yang sudah mapan dan mempercepat mundurnya dari globalisasi, menurut firma itu.
WoodMac mengembangkan tiga skenario untuk menilai dampak kebijakan perdagangan Trump, dengan skenario "perang dagang" yang paling parah memproyeksikan tarif efektif AS melebihi 30 persen. Berdasarkan skenario ini, PDB global diproyeksikan akan berkontraksi sebesar 2,9 persen pada tahun 2030, menurut analisisnya.
Industri minyak, landasan kemandirian energi AS, menghadapi konsekuensi yang sangat parah di bawah rezim tarif Trump.
Dalam skenario terburuk, permintaan minyak global akan mengalami "penurunan langsung" pada tahun 2026.
Pertumbuhan permintaan akan berlanjut mulai tahun 2027, tetapi permintaan keseluruhan pada tahun 2030 masih akan 2,5 juta barel per hari lebih rendah daripada skenario yang paling optimis.
Harga minyak akan anjlok hingga rata-rata 50 dolar AS per barel pada tahun 2026, yang akan menjadi pukulan telak bagi produsen dari AS, sebagaimana penelitian WoodMac menunjukkan bahwa "ekonomi pengeboran di Lower 48 tidak akan mendukung pertumbuhan produksi dengan minyak mentah pada harga 50 dolar per barel, meskipun perusahaan berambisi untuk terus menekan harga," jelasnya.
NYALANG: Jalan Panjang Perlawanan2025-06-06 19:55
Innalillahi! 2 Orang Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Blitar, 1 Korban Hilang2025-06-06 19:20
Polri: Kita Lagi Upaya Tangkap Kembali Djoko Tjandra2025-06-06 19:05
Kemendagri Ingin Pelantikan Pemenang Pilkada Serentak Dilakukan Serentak2025-06-06 19:05
Ngamuk di Pesawat, Penumpang United Airlines Didenda Rp320 Juta2025-06-06 19:05
Link Formulir Seleksi Pendaftaran Calon Anggota Kompolnas 20242025-06-06 19:00
Kejagung Beberkan Peran Harvey Moeis dan Helena Lim Dalam Kasus Dugaam Korupsi Timah2025-06-06 18:24
Kolaborasi Kemenkumham dan Pemprov Banten Lewat Festival Layanan Hukum dan HAM2025-06-06 18:19
Waspada Modus Penculikan Turis di Thailand, Polisi Ikut Terlibat2025-06-06 18:01
12 Anggota Keluarga Kena Penyakit Jamur Usai Jelajahi Gua Kelelawar2025-06-06 17:45
Kemenhub Dorong Transportasi Ramah Lingkungan Lewat PM 59/20202025-06-06 20:24
Kemenkes Prioritaskan Obat Bahan Alam, BPOM Promosikan Jamu2025-06-06 20:15
PAN Sambut Baik PKS Bila Ingin Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 20242025-06-06 20:14
Kenali 4 Jenis Bullying Ini, Jangan Sampai Ada Korban Lagi2025-06-06 19:21
FOTO: Bunga Jacaranda dan Lisbon yang 'Ungu' di Musim Panas2025-06-06 19:11
Studi: 15 Kota di Dunia yang Mulai Ditinggalkan Turis Saat Musim Panas2025-06-06 19:05
274 RW di Jakarta Siaga Tuberkulosis, Bangun 'Kampung Siaga TB'2025-06-06 19:02
Apa Langkah Kemenpar Usai Viral Pemalakan Wisatawan di Ratenggaro NTT?2025-06-06 18:43
Ini Kata Jokowi Soal Isu Mentan Syahrul Yasin Limpo Mundur dari Jabatan2025-06-06 18:18
KPK Sita Sejumlah Aset Senilai Rp 27,4 Miliar Dalam Korupsi Proyeksi Jalur Kereta2025-06-06 17:43